Another Source

Minggu, 31 Oktober 2010

Kucing dan Rindu


kucing dan rindu.
mereka berdua sangat serasi bergandengan tangan.
membakar detak jam di sebuah kamar petang.
kamar tempatku menyimpan manuskrip-manuskrip
di balik bantal.
aku mengenal betul kucing itu.
ia adalah sahabat lamaku yang santun.
 kucing itu seperti lahir dari sebuah pertemuan.
mengusap jasad berbilik-bilik.
kemudian membuat lansekap rupa-rupa di sebuah tempat pembuangan.
rupa-rupa itu adalah badik.
badik yang telah bertubi-tubi meraba kepalanya.
membuat berfikir tentang malam dan hitamnya jemejak.
di sana juga terlahir rindu.
warnanya bercampur kopi dan beberapa asap rokok di tengah sajaknya.
ia telah diperkosa bulan berabad-abad silam.
tubuhnya ceking seperti tak pernah menemukan harapan.
ia hanya bisa terlentang memintal bebayang gadis yang selalu datang.
aku mengenal betul kucing itu.
ia adalah sahabat lamaku yang santun.
aku kenal betul rindu.
ia mengenalkanku pada seorang dewi.
: santun dan sunyi.
aku kenal betul mereka.
mereka selalu datang ke rumahku tiap malam.
mengajakku berbincang-bincang hingga pagi.


Rendezvous

Di sebrang sana
Malam seperti menggarami kta dengan sunyi.
Menelan sepi-sepi & Bunyi-bunyi bisu.

Kita mungkin hanya diam.
Hanya merekatkan waktu menjadi biru.
Memperkosa bulan dengan sajak yang barbar.
Atau hening bersama jam.

Dan, kenangan kemudian bertanda tangan.
Berterbangan menyampur hujan.
Hujan deras dari pusaran lubuk hati yang terdalam.
Lalu jendela-jendela melempar do'a-do'a sesuka.
Tanpa aba-aba.