mereka berdua sangat serasi bergandengan tangan. membakar detak jam di sebuah kamar petang. kamar tempatku menyimpan manuskrip-manuskrip aku mengenal betul kucing itu. ia adalah sahabat lamaku yang santun. kucing itu seperti lahir dari sebuah pertemuan. mengusap jasad berbilik-bilik. kemudian membuat lansekap rupa-rupa di sebuah tempat pembuangan. rupa-rupa itu adalah badik. badik yang telah bertubi-tubi meraba kepalanya. membuat berfikir tentang malam dan hitamnya jemejak. di sana juga terlahir rindu. warnanya bercampur kopi dan beberapa asap rokok di tengah sajaknya. ia telah diperkosa bulan berabad-abad silam. tubuhnya ceking seperti tak pernah menemukan harapan. ia hanya bisa terlentang memintal bebayang gadis yang selalu datang. aku mengenal betul kucing itu. ia adalah sahabat lamaku yang santun. ia mengenalkanku pada seorang dewi. mereka selalu datang ke rumahku tiap malam. mengajakku berbincang-bincang hingga pagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar